Kembali sepakbola Indonesia menggoreskan tinta hitam, hari Minggu 27 Mei
2012, sebuah kejadian memilukan mencoreng kompetisi bergengsi di Tanah
Air Indonesia Super League (ISL).
Dalam laga yang mempertemukan
Persija Jakarta dengan
Persib Bandung
di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta, pertemuan kedua tim itu kembali
memercikkan api dendam yang selama ini sudah tersimpan rapat.
Benar
saja, meski belum bisa bisa dipastikan bahwa bentrokan tersebut terjadi
antara Jakmania pendukung Persija dan Viking pendukung Persib, namun
tiga nyawa melayang sia-sia.
Salah satu suporter tewas bernama
Lazuardi (27). Dia diketahui seorang tukang ojek. Beberapa informasi
menyebut, Lazuardi adalah suporter Persija. Sedangkan dua suporter tewas
lain belum diketahui identitasnya.
Rivalitas suporter kedua tim
bukan yang pertama. Sejak dulu, api dendam sudah membara jika kedua tim
bertemu baik di Stadion Gelora Bung Karno dan Stadion Siliwangi atau di
Stadion Si Jalak Harupat.
Tidak ada yang tahu persis awal mula
perseteruan kedua suporter. Yang pasti, sejak tahun 2000 hingga sekarang
jika Persija bertemu dengan Persib, tensi tinggi tidak hanya pada
pemain, tapi juga pada suporternya.
Seperti pada tahun 2000-an
ketika berlangsungnya Liga Indonesia VI, The Jak pernah mendapat
perlakuan tidak mengenakkan saat menonton ke Stadion Siliwangi. Bobotoh
beralasan, mereka pernah mendapat perlakuan sama saat Persib bertemu
Persijatim di Stadion Lebak Bulus.
Saat itu, The Jak yang hendak
pulang diserang Bobotoh. Anak Ibu Kota itu berang karena sudah tidak
bisa masuk stadion malah mendapat perlakuan kasar. Mobil mereka
dilempari. Kerusuhan bisa mereda setelah ratusan polisi diterjunkan ke
lokasi.
Sejak saat itulah api dendam terus membara di kedua belah
pihak. Puncaknya adalah di acara Kuis Siapa Berani di stasiun televisi
swasta, Indosiar. Acara itu diprakarsai oleh
Sigit Nugroho, Ketua Asosiasi Suporter Indonesia.
Acara itu merupakan edisi khusus
Kuis Siapa Berani,
edisi suporter sepakbola. Dalam acara ini menghadirkan Viking, The Jak,
Pasoepati, Aremania, dan ASI (Asosiasi Suporter Indonesia). Setelah
melalui beberapa babak, Viking menjadi juara mengalahkan The Jak.
Kekalahan itu membuat The Jak berang. Ketua The Jak saat itu,
Ferry Indra Syarif memukul
Ali, seorang Viker yang menjadi pemenang kuis.
Kejadian
itu terjadi di kantin Indosiar saat dilangsungkannya acara pemberian
hadiah. Pemukulan itu langsung memicu keributan yang lebih luas, meski
akhirnya mampu diredam.
Rupanya, api benci belum sepenuhnya
padam. Saat rombongan Viking berjumlah 60 orang hendak pulang dengan
menggunakan mobil Mitsubishi milik Indosiar dan satu mobil Dalmas milik
kepolisian, dihadang mobil Carry abu-abu.
Mobil terperangkap
gerombolan The Jak. Dua lolos, dan puluhan lainnya terperangkap.
Informasi waktu itu menyebut banyak Bobotoh mengalami luka-luka karena
bentrokan tersebut.
Sejak saat itulah perseteruan terus berlanjut jika kedua tim, Persija dan Persib bertemu. Rivalitas yang tak ada ujungnya.
Sebenarnya,
tidak hanya rivalitas antara The Jak dan Viking saja yang kerap
menimbulkan korban jiwa. Di Jawa Timur malah lebih besar lagi, dan
melibatkan banyak klub, namun yang tetap abadi adalah perseteruan antara
Bonekmania pendukung Persebaya Surabaya dan
Aremania pendukung Arema Malang.
Perseteruan tersebut akhirnya memancing perseteruan yang lebih besar lagi yang melibatkan pendukung lain,
LA Mania (Persela Lamongan),
Deltamania (Deltras Sidoarjo),
Sakera Mania (Persekabpas Pasuruan),
Boromania (Persibo Bojonegoro) dan masih banyak lainnya.
Dan
baru-baru ini yang terjadi adalah perseteruan antara pendukung Persisam
Samarinda dan Persiba Balikpapan, pendukung kedua tim, Pusamania dan
Balistik memang sering kali bersitegang. Namun, usaha untuk perdamaian
telah dilakukan, bahkan suporter kedua tim juga saling mengunjungi
ketika timnya bertandang.
Meski begitu, hal tersebut belum
menjadi jaminan tak akan terjadi apa-apa, buktinya pemain Persiba, Iqbal
Samad harus berlubang setelah menerima kiriman roket dari Pusamania
yang tak rela timnya kalah dari tim Beruang Madu.
Hal ini tentu
memiriskan kita para pecinta sepakbola Indonesia, pasalnya kondisi
olahraga yang paling digemari ini tengah ruwet, dualisme kompetisi, klub
hingga organisasi telah membuat sepakbola Indonesia seperti jalan di
tempat.
Tak perlulah kita mencari siapa yang salah dan siapa yang
benar, yang kita perlukan adalah kedewasaan masing-masing pihak yang
berseteru, pun demikian dengan para suporter, marilah kita ubah sedikit
wajah sepakbola kita, rivalitas boleh panas, namun bukan berarti harus
melakukan tindakan yang tak pantas.
sumber